Wednesday, January 29, 2020

Refleksi Sore Hari

Terkadang lampau tak sembuhkan risau
Sementara kini tak tepiskan sunyi

Lantang kukatakan takkan berpaling
Untuk mendua tiada bersaing

Tiada rela badan ini tuk berpisah
Namun kau cakap jangan banyak kesah

Hidup tampak lempeng lurus saja
Namun sebenarnya siapa hendak menyana

Kisah elok hendak berbilang jua
Menyangkal cermin bercakap buruk rupa

Hendak berpadu dalam ikatan
Lain pikiran lalu merenggangkan

Nasi uduk berulamkan pindang
Marilah duduk bicarakan bintang

Hikayat Seorang Insan

Pada awal mula nampaklah seorang manusia, ia berasal dari antah berantah datang ke sebuah negeri nun jauh di sana mencari penghidupan yg lebih layak dari kota asal yg dipandang terlalu minim untuk ia hidup. Pergilah ia mencari uang, pagi berdagang, siang menjadi pelayan malamnya mencari ikan. Bekerja keraslah ia setiap harinya tanpa kenal lelah, tak peduli panas terik mentari menyengat dan dinginnya angin malam menembus tipis kulitnya. Ketekunannya dalam menjalani hari-harinya layak diacungi jempol dan memancing decak kagum tetangga-tetangga di sekitar rumahnya.

Hingga semua kebutuhan hidupnya tercukupi, semua utangnya yg menumpuk di masa lampau terlunasi dan gaya hidupnya perlahan tapi pasti mulai meningkat. Dulu ia hidup dalam kemelaratan bahkan untuk makan sehari-hari kadang ia tak sanggup untuk penuhi dan lebih banyak berpuasa dan menahan liur ketika melihat orang lain menyantap sesuatu namun sekarang semuanya telah jauh berbeda.

Hidup penuh kesenangan, suka cita ia rasakan kini. Apapun ia miliki, apapun yg ia kehendaki dalam waktu singkat akan langsung terpenuhi. Bergembiralah ia segembira-biranya. Pesta sepanjang hari setiap harinya ia lakukan tanpa henti. Gaya hidup foya-foya dia jalani sepenuh hati.

Sampai tiba suatu masa daerah yg dihuni olehnya ditimpa bencana badai yg teramat dahsyat. Hanya membutuhkan 3 hari 3 malam untuk meluluhlantakkan hampir seisi kota ini. Sebagian kecil penduduk yg terevakuasi berhasil terselamatkan. Sementara sebagian orang yg tidak berhasil terevakuasi meregang nyawa, termasuk sang perantau sukses yg kita perbincangkan daritadi. Ia memiliki kesempatan untuk meninggalkan rumahnya sebelum badai mengamuk lebih parah, namun ia lebih mementingkan keselamatan harta  benda dengan membawa segala perhiasan dan permata yg ia punya tanpa mempedulikan ada teriak peringatan tetangganya akan runtuhan rumah yg hendak menimpanya.

Ia meninggal begitu saja, sementara sisa harta benda yg ia miliki diselamatkan oleh warga yg tersisa seusai badai untuk digunakan mereka bertahan hidup dan membangun kembali kota mereka yg telah hancur sedikit demi sedikit.